Susi Rosiana Dewi, 07062930
Tyas Chairunisa, 0706293160
Vauriz Bestika, 0706293173
Pelanggaran Maksim
dalam Acara “Online” di TransTV
Pendahuluan
Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika pesertanya mematuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya, dalam suatu percakapan, dituntut adanya relevansi, ketepatan, dan kebenaran mengenai informasi atau pesan yang disampaikan. Secara sederhana, terdapat kaidah-kaidah percakapan yang harus ditaati oleh peserta percakapan yang dalam kajian pragmatik disebut sebagai prinsip kerja sama (Kushartanti, 2007: 106).
Namun demikian, ada kalanya kekurangtepatan atau ketidaktepatan informasi atau pesan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur atau sebaliknya, dapat terjadi baik disengaja atau pun tidak. Dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, disebutkan bahwa dalam wacana humor, kekurangtepatan informasi atau pesan menjadi hal yang terkadang dapat dikatakan sebagai ciri khas (Kushartanti, 2007: 109).
Pelanggaran Maksim dalam Acara “Online” yang Ditayangkan TransTV
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, agar pesan (message) dapat sampai dengan baik pada peserta tutur, komunikasi yang terjadi perlu memperhitungkan prinsip-prinsip berikut ini: (1) prinsip kejelasan (clarity), prinsip kepadatan (conciseness), dan prinsip kelangsungan (directness). Prinsip-prinsip tersebut secara lebih lengkap dituangkan dalam Prinsip Kerja Sama Grice (1975). Prinsip tersebut meliputi empat maksim, yaitu: (1) maksim kuantitas (maxim of quantity), (2) maksim kualitas (maxim of quality), (3) maksim relevansi (maxim of relevance), dan (4) maksim cara (maxim of manner) (Kushartanti, 2007: 106-109; Rahardi, 2005: 53-59; Cruse, 2004: 367-369).
Berikut ini akan dipaparkan sedikit mengenai keempat maksim tersebut, di antaranya:
1. Maksim Kuantitas
Di dalam maksim kualitas, penutur diharapkan memberikan informasi yang cukup, memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi tersbeut tidak boleh melebihi informasi yang dibutuhkan mitra tuur. Tuturan yang dianggap tidak mengandung informasi yang dibutuhkan oleh mitra tutur dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas.
2. Maksim Kualitas
Dengan maksim kualitas, seorang penutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta. Fakta tersebut harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas.
3. Maksim Relevansi
Maksim relevansi menuntut masing-masing peserta suatu tuturan untuk memberikan kontribusi yang relevan mengenai hal yangdipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap melanggar maksim relevansi. Maksim relevansi tidak selalu harus dipenuhi dan dipatuhi dalam suatu prinsip kerja sama. Hal tersebut dapat dilakukan apabila tuturan tersebut bertujuan untuk mengungkapkan maksud-maksud tertentu yang khusus sifatnya.
4. Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan ini mengharuskan peserta tutur bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Peserta tutur yang tidak mempertimbangkan hal-hal tersebut dapat dikatakan melanggar maksim pelaksanaan.
Berdasarkan teori mengenai Prinsip Kerja Sama di atas, kami mengambil data dari acara televisi yang berjudul Online yang ditayangkan oleh Trans TV. Acara tersebut merupakan acara hiburan yang menampilkan bintang tamu untuk diwawancarai secara langsung oleh penontonnya melalui telepon. Data yang kami ambil berdurasi enam puluh menit—termasuk pariwara. Kami menganalisis pelanggaran yang terjadi pada percakapan antara pembawa acara, bintang tamu, penelepon, dan penonton di studio. Berikut pelanggaran maksim yang terjadi yang kami rangkum dalam tabel.
No. Jenis Pelanggaran Kutipan Keterangan
1. Maksim cara O : Judulnya mati suri? =
JK : Bukan, bukan, bukan... Bukan mati suri. Judulnya itu, judulnya... Judulnya “Cinta Terlarang”. Pelanggaran terjadi karena JK memberikan jawaban yang agak berbelit.
2. Maksim relevansi dan maksim kualitas O: Lagian lo nyanyi kayak kebagusan aje. Mohon maap ni sebelomnye ye =
JK : Ha.. //
O : Lo nyanyi depan senior...
J: Senior sapa?
- Pernyataan yang dilontarkan oleh O kurang relevan dengan pembicaraan sebelumnya yang menyangkut judul lagu yang dinyanyikan oleh JK.
- Tuturan O yang menyatakan dirinya adalah penyanyi senior melanggar maksim kualitas karena sekiranya hal tersebut tidak benar.
3. Maksim kualitas dan maksim cara O : Tau kan? =
JK : Tau. Itu biasanya, kalo misalnya ada kucing, anjing mati dikuburin dinyanyiin lagu “Hantu-hantu hatiku”. ‘Kan jadi hantu.
- Percakapan tersebut dikatakan melanggar maksim kualitas karena jawaban JK yang “mengiyakan”, justru memperlihatkan kekaburan pada perkataannya selanjutnya.
- Pelanggaran maksim cara karena JK menjawab O tidak secara langsung.
4. Maksim kualitas O : Ini dia The Perawan. O memanggil The Virgin dengan mengalihbahasakannya menjadi The Perawan.
5. Maksim kualitas dan kuantitas O: [...] Dara ayam ini takut banget ama yang namanya Jeng Kelin. O menyebut nama Dara—vokalis The Virgin¬—dengan menambahkan “ayam” di belakangnya.
6. Maksim kualitas dan kuantitas JK : Aku mau duduk sebelahnya Dara muda. Uuh... JK menyebut nama Dara dengan menambahkan “muda” di belakangnya. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan latar belakang akan lagu Rhoma Irama yang berjudul “Darah Muda”.
7. Maksim relevansi O : Aduh, rambutnya... Abis maen layangan ni? Pertanyaan O tidak memperlihatkan relevansi antara warna rambut M yang kuning muda dan warna rambut D yang merah tua dengan “main layangan”.
8. Maksim kuantitas JK : Eh, ini, dia dandan kayak begini soalnya apa... //
O : Oh iye, bukan ape-ape, rambutnye kayak benar kenur...
(Riuh suara tawa penonton)
JK : Eh, bukan! Ini The Vigrin dandannya begini soalnya hari ini tuh temanya [...] Pernyataan O memperlihatkan informasi yang berlebihan.
9. Maksim relevansi maksim kualitas JK : Ngerti trendsetter? Apa trendsetter?
O : Trendsentter itu yang bawain acara... //
J : Presenter itu, bukan trendsetter!
Jawaban yang diberikan O tidak sesuai dengan makna kata trendsetter sebenarnya.
10. Maksim kuantitas O : Nah, jadi rambut yang kayak begini nih diikutin ama anak-anak muda jaman sekarang, ya. =
JK : Diikutin ama anak-anak muda. Emang pada gila sih anak muda, yah...
(Riuh suara tawa penonton)
O : Tuh banyak rambutnya pada diwarna-warnain... JK memberikan informasi berlebihan dalam pernyataannya.
11. Maksim cara (Suara dering telepon)
JK : Eh, eh, ada, ada...
O : Entar dulu. Penonton dulu bilang. =
JK : Oh iya... //
O: Penontoon...
P : Wei...
O: Ada telepong. Ahahaha.
P : Digoyang asik... Digoyang asik... Digoyang asik... Proses yang dilakukan oleh pembawa acara baik, O maupun JK, untuk mengangkat telepon yang berdering harus beralih kepada P dahulu.
12. Maksim kualitas JK : Waktu itu ya, ada yang di twitter ‘kan nanya, pas ulang taun pake kalung ini ‘kan... =
O : He-eh. //
JK : Terus ditanya, ‘Kok kalungnya nggak dipake lagi? Dijual ya?’ Taunya masih ada. Hehehe.
[...] Ketika hendak mengangkat telepon, JK malah memulai topik percakapan baru dengan O karena JK melihat kalung yang digunakan O.
13. Maksim kualitas JK : Hus... Diem deh lo! Halo... This is Jeng Kelin speaking. What’s up, dude? Anything problem? Cup... cup... cup... Waah...
Ketika mengangkat telepon, JK memberikan salam yang terlalu panjang.
14. Maksim relevansi O : Sia... Siapa namanya?
Pl : Dari Mia, di Garut.
O dan J: Hah?
Pl : Dari Mia, di Garut.
O : Oh, sering gatel-gatel garut-garut mulu. //
JK : Garuk itu, garuk, garuk, garuk! Pernyataan O yang mempersamakan antara “Garut” dengan “garuk” merupakan pelanggaran terhadap maksim relevansi.
15. Maksim kualitas Pl: Dicium aja deh, biar ada bekasnya. //
JK : Ih, enak aja. Entar gue rabies. Gue cubit aja ya? // Pernyataan JK yang mengatakan dengan mencium O dapat menyebabkan rabies bukan hal yang sesuai dengan fakta.
16. Maksim kualitas O : Lo cium gue rabies? Gue ngobrol ama lo aja nih... //
JK: He-eh. //
O: Udah najis gue nih. // Pernyataan O yang mengatakan berbicara dengan JK adalah najis bukan hal yang sesuai dengan fakta.
17. Maksim kuantitas Pl : Mau ngobrol sama bintang tamunya dong... //
O dan J: Boleh... //
O : Bintang tamu? Boleh. //
JK : Sini Mitha sama...
O: Mau ngobrol sama bintang tamu boleh, mau nanyain yang udeh meninggal juge boleh.
JK : Hahahaha. Itu nggak ngomong. O dan JK mengeluarkan pernyataan yang berlebihan.
18. Maksim kualitas O: Dulu yang pemaen gitar itu pernah... //
JK: Matthew. //
O: Pernah maen Tersanjung tiga. Pernyataan yang dilontarkan O tidak sesuai dengan fakta bahwa gitaris Muse pernah main sinetron.
19. Maksim kualitas dan kuantitas O: Tuh gitaris, penyanyi. Lo suka Gaban. //
JK: Aku suka... //
O “menuduh” JK mengidolakan Gaban. Pernyataan O ini pun merupakan informasi yang berlebihan.
20. Maksim kualitas O: Kamu dapet lima ribu ya, Neng. =
JK: Lima ratus ribuu! // Pernyataan O merupakan informasi yang salah.
21. Maksim kuantitas Pl : Mau salam buat temen-temen aku yang ada di Unpad... //
O dan J : Unpad! //
M : Oh, anak Unpad? = Pernyataan M, O, dan JK merupakan informasi atau pesan yang berlebihan.
22. Maksim kualitas O : Kita ini suami-istri... // Pernyataan O tidak sesuai dengan fakta.
23. Maksim kualitas dan relevansi O : Tadinya mau nikah siri. Sirinya dipake nenek gue, ini orang jadinye.
Pernyataan O tidak sesuai dengan fakta dan mempersamakan antara “siri” dengan “sirih” yang sebetulnya tidak relevan.
24. Maksim kuantitas O: Ya. Itu anak gaul di Amerika.
JK: Sombong, sombong... // O dan JK memberikan informasi yang berlebihan.
25. Maksim kualitas dan relevansi O : Ngga, gue kenal deket sama Josh Gorbon
M: Ahahahaha...
JK: Josh Gorden.
O: Ahahahaha...
JK : Josh Gorden, bukan Josh Groban.
O dan JK memberikan informasi yang salah mengenai nama seorang penyanyi luar negri. Selain itu, pernyataan O yang mengatakan dirinya dekat dengan penyanyi tersebut tidak relevan dengan pembicaraan sebelumnya.
26. Maksim relevansi JK : Nih ‘kan, gayanya begini banyak yang niruin gitu ya. Sadar nggak kalo kalian jadi trendsetter?
M: Amin. =
D: Nggak. Jawaban yang diberikan M tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan JK.
27. Maksim relevansi O: Sama kayak lo, lo ‘kan gila, tapi lo nggak sadar. //
Pernyataan O yang ditujukan pada JK tidak relevan dengan pembicaraan sebelumnya.
28. Maksim kuantitas JK : Saya mah sadar gila, hu-uh. Nah, terus kalo misalnya gaya begini, ada ini nggak, patokannya, modelnya ngeliat siapa gitu? Atau didandanin ama siapa gitu? =
O : Ya, kayak misalkan Jeng Kelin, patokannya sebelom kayak begini, pernah liat orang gila di Tomang nggak? // Pertanyaan JK yang didukung oleh pernyataan O merupakan informasi yang berlebihan.
29. Maksim kuantitas JK : Tapi ngakunya nih, si Dara muda nih doyannya nontonnya India...
(Riuh suara penonton)
JK : Indiahe, Indiahe... // Pernyataan JK mengandung informasi yang berlebihan.
30. Maksim kuantitas dan maksim relevansi O : Katanya India?
(D mengangguk)
O : Oh, muka lo kayak Kajol. //
D : Ahaha.
M: Ahahaha...
O : Tere kusuman, kusuman kuhee...
M dan D : Ahahaha...
O : Gitu ya lagunya ya? Ada ya lagunya?
D : Lagu siapa?
O : Ada. Lagu itu... Itu lagunya Naginal yang jadi si... =
M : Uler... =
D: Nagin! Nagin! =
JK : Nagiin! //
M: Nagin, Nagin, Nagin. Tau, Sri Devi.
O : Apa tuh Sri Devi? //
D : Bukan. Nagin bukan Sri Devi.
M : Apa dong?
D: Tau... //
JK : Ini bekas India gimana sih sebenernya?
D: Hahaha. Percakapan tersebut mengandung informasi yang berlebihan dan akhirnya menjadi tidak relevan. Pada awalnya hanya menanyakan asal keturunan D, namun akhirnya berlanjut sampai mengenai film India.
31. Maksim cara D : Aku ini baru pertama kali diperawanin ini rambutnya. //
JK : Baru diperawanin?
D: Baru diwarnain. Hehe. Cara D menjawab pertanyaan JK dapat menyebabkan kekaburan makna awal dari pertanyaan JK.
32. Maksim kuantitas JK: Kayak masuk ke goa, suaranya ‘Aoo aoo aoo...’ gitu lagi... // Pernyataan JK yang sedang mengangkat telepon menjadi informasi yang berlebihan.
33. Maksim kuantitas, kualitas, dan relevansi O: Tuti, asal kentut, mati.
Pernyataan O tersebut tidak relevan dan juga merupakan hal yang tidak berdasarkan fakta serta tidak mengandung relevansi dengan nama penelepon kedua.
34. Maksim kuantitas JK: Eh, aku tau masa. Dara ini ada lagunya...
O: Gimana lagunya?
JK: ‘Dara muda yang sangat memabukkan diriku...’ //
D: Hahaha... //
O: Salah, salah, salah. Sebentar... Sok tau, ye! Sok tau! Bukan gitu lagunya... //
JK: ‘Dara muda yang sangat memabukkan diriku...’ //
O: Bukan! //
JK: Gimana dong lagunya?
O: Bukan begitu lagunya... //
JK: Salah ya? Gimana dong lagunya? =
O: ‘Darah muda, darahnya para remaja...’ // Percakapan tersebut menjadi informasi yang berlebihan dari semula yang mengaitkan nama Dara dengan lagu Rhoma Irama.
35. Maksim relevansi D: Mbak Tuti apa kabar?
Pl: Baik. Dara makin cakep deh. =
D dan O: Makasih... //
JK: Dara, bukan Olga. Pernyataan terima kasih O yang membarengi D merupakan hal yang kurang sesuai karena Pl menujukan pernyataannya pada D.
36. Maksim Cara JK : //Hoo.. okay, kalo gitu mendingan sekarang kita main-main aja deh,, ya?// (suara Dara tertawa)
O : //Itu tu,=
JK : =Kenapa?=
O: =Itu tu, Sebentar, sebelum main-main, kita Tanya. Percakapan tersebut melanggar maksim cara, penutur O menjawab ajakan JK dengan jawaban yang justru membuat JK bertanya lagi. Jawaban kedua dari O adalah pernyataan alasan O tidak mau main-main saat itu juga.
37. Maksim Kuantitas O : Mitha, pernah pake rok ga sayang?
M : Pernah.
O : Pake clanaa mulu.
M : Pernah.
O : Pernah?
M : SMP, SMA, SM, SD. Percakapan ini terkesan tidak langsung mengenai topik. Hal ini terlihat adanya pengulangan yang dilakukan oleh penanya (O). si penjawab (M), hanya mengatakan satu patah kata yang membuat si penanya ragu atas jawabannya sehingga mengulang pertanyaannya.
38. Maksim Kualitas O : Pengin tau Sayang, Rantang Jengkol apa? (bertanya kea rah Mitha dan Dara)
M : Apa? Pelanggaran yang terjadi adalah karena si penjawab (M), justru bertanya kembali setelah ditanya oleh si penanya (O).
39. Maksim Kuantitas O : //Iya. Yuli mau nanya ama sapa, Yul?
Pl : Mau ini komenin, itu peragaannya, kayaknya Mitha ga pantes banget deh. percakapan di samping mengalami pelanggaran maksim kuantitas karena si penjawab (P) memberi pernyataan yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
40. Maksim Relevansi JK : //Mau salam, Bu?
Pl : E, Olga.
O : Siaaap. Percakapan ini mengalami pelanggaran maksim relevansi. Penutur (Pl) menjawab pertanyaan (JK) dengan memanggil penutur (O). hal ini dimungkinkan penutur (Pl) yang tidak focus terhadap lawan bicaranya
41. Maksim Relevansi Pl : Iya, salam-salam dong buat keluarga aku, yang ada di daerah Petamburan.=
JK : = A a, siapa lagi?
Pl : Iya, yang lagi nonton.//
JK : //Siapa?
Pl : Buat keluarga aku di Petamburan.= Pelanggaran terhadap maksim relevansi sangat terlihat saat penutur (Pl) menjawab pertanyaan (JK) dengan pernyataan yang tidak ada hubungannya sama sekali.
42. Maksim Cara Pl : //Bisa kirimin AC ga ke rumah?
O : Apa?
Pl : Bisa kirimin AC ga ke rumah?
JK : Tu minta AC, katanya.=
O : =Minta AC ?= Pelanggaran Maksim cara yang ada pada percakapan tersebut terlihat jawaban dari penutur (O) yang terkesan terbelit-belit. Hingga penutur (JK) pun membantunya mendengarkan perkataan dari (Pl). Penutur (O) yabg tidak langsung kepada permasalahan, dimungkinkan karena penutur (O) yang tidak jelas mendengar ucapan (Pl), atau (O) benar-benar tidak memahami apa yang dikatakan (Pl).
43. Maksim kuantitas M : Sambil berdiri diperagain?
O : Sambil berdiri terus lari-larian.=
Pada percakapan tersebut terjadi pelanggaran maksim kuantitas, sebab jawaban yang diberikan O terlalu berlebihan. Seharusnya jawaban dari pertanyaan M cukup dengan kata ya sambil berdiri-berdiri.
44. Maksim relevansi O : Ada yang ngajarin gak? Nih, potongan rambutnya harus gini. Kayak gini-gini. Terusnya yang lain kayak gini atau gimana?//
(suara organ dan riuh suara penonton)
JK : Waduh, buntung dong!
Pada percakapan tersebut terjadi pelanggaran maksim relevansi yang dilakukan oleh JK, sebab apa yang dikatakan JK tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan O.
45. Maksim kuantitas JK : Ehe.. awet ya?=
O : Awet.=
(riuh suara penonton dan suara organ)
M : Awet. Tapi kalo style rambut atau apa sih, Dara gayanya sendiri, Mita gayanya sendiri.
Meskipun pertanyaan JK telah dijawab oleh O, M tetap menjawab pertanyaannya untuk memperkuat jawaban tersebut. Akan tetapi jawaban yang diberikan M terlalu berlebihan, karena dia menjelaskan mengenai hal yang tidak ditanyakan oleh JK.
46. Maksim kuantitas O : Lo ngarang. Pasti Lo ngarang nih?
JK : Enggak! Bener tadi sebelum hilang gitu upload-nya. Jadi, Mita yang perempuan beneran cocoknya jadi laki, yang laki beneran cocoknya jadi perempuan.//
Jawaban yang diberikan JK dapat dikatakan berlebihan. Mungkin ini ditujukan agar tidak terjadi kesalahpahaman sehingga dia memberikan jawaban dengan penjelasan yang cukup panjang. Padahal, jawaban sudah dianggap cukup dengan mengatakan enggak!
47. Maksim relevansi O : Ya, ini sekarang ada siapa lagi nih yang dibaca nih?=
JK : Nah, siapa tuh? Tuh, hilang lagi twitter-nya. Nih, bener deh aku gak bohong. Naah..//
Pada percakapan tersebut terjadi pelanggaran maksim relevansi, sebab antara pertanyaan O dengan JK tidak terjadi kerelevanan. Hal ini diketahui ketika O bertanya, JK balik bertanya dan kemudian apa yang diucapkannya itu tidak relevan dengan pertanyaan O.
48. Maksim kuantitas O : Kamu punya twitter g, sayang? (kepada Mita dan Dara)
M : Aku gak punya. Gak punya. Banyak banget yang masuk ke twitter, tapi aku gak punya.
Pelanggaran maksim kuantitas dilakukan oleh M, karena dia memberikan jawaban yang berlebihan. Padahal dengan mengatakan aku gak punya sudah cukup dipahami oleh O.
49. Maksim relevansi O : Apaan tuh? (0,5) O, kalo cincin mahal gak?//
JK : Buat apa?
Pada percakapan tersebut terjadi pelanggaran maksim relevan karena ketika O bertanya, jawaban JK adalah pertanyaan yang sama sekali tidak memiliki kesinambungan.
50. Maksim relevansi JK : Kok, dia tahu ya?//
O : Kira-kira mahal gak?
Penyebab pelanggaran maksim ini sama seperti penjelasan di atas.
51. Maksim kuantitas O : Kira-kira mahal gak?
M : Gak mahal. Pintar-pintar komplain aja. Apa yang kita punya, kita komplain. Gitu aja.
Pada percakapan tersebut, pertanyaan O cukup dijawab dengan gak mahal. Namun, M memberikan jawaban yang berlebihan yang sebenarnya tidak dipertanyakan oleh O. Mungkin hal ini dilakukan untuk memperjelas jawaban M.
52. Maksim relevansi O : Hehe... kaget ya?//
JK : Maju!//
Percakapan antara O dan JK tersebut tidak memiliki kesinambungan (tidak relevan).
53. Maksim cara JK : Pernah ada gak yang nyaru gitu. Eh, Mita! Mita! Tahunya bukan Mita, gitu.
M : Belum sih, ya.
JK : Belum pernah ya?
M : Ya, belum. Soalnya aku unik.=
Pada percakapan tersebut terjadi pelanggaran cara, sebab
jawaban yang diberikan M seolah tidak diyakini oleh JK, sehingga JK bertanya kembali. Padahal jika dilihat jawaban yang diberikan oleh M sudah tepat, yakni belum sih, ya.
54. Maksim kuantitas JK : Belum pernah ya?
M : Ya, belum. Soalnya aku unik.=
Pelanggaran maksim pada percakapan tersebut terjadi karena jawaban yang diberikan M melebihi batasan jawaban yang seharusnya cukup dijawab dengan ya, belum.
55. Maksim kualitas O : Iya belum tahu dalamnya. Ngomong apa? (menuju JK) Diem-diem nanti gue santet Lo!// (Mita dan Dara tertawa)
JK : Aah? Apa?//
O : Gue ngomong baik-baik. Ntar tiba-tiba aja lumpuh kaki Lo, ya!=
JK : Ah, jangan dong! (penonton tertawa).
Ketika O berkata Gue ngomong baik-baik. Ntar tiba-tiba aja lumpuh kaki Lo telah menunjukkan bahwa perkataan tersebut melanggar maksim kualitas, karena O mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan perbuatannya. Dengan kata lain terdapat pertentangan dalam ucapannya itu, yakni ngomong baik-baik dengan ntar tiba-tiba lumpuh kaki Lo.
56. Maksim relevansi D : Sukanya (0,5) ya, bisa kenal sama banyak orang lainlah, gitu. banyak yang ikutin. Jadi kita kenal sama orangnya.//
O : Eh, maaf nih. Jadi beli celana gak nih?
Pada percakapan tersebut terjadi pelanggaran maksim relevansi, sebab yang diungkapkan O, yakni berupa pertanyaan sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang diungkapkan D.
57. Maksim relevansi JK : Emang selama ini ngapain tuh?=
O : Biar gue yang sampaikan Mas Dhani. //
Pelanggaran maksim relevansi pada percakapan tersebut terjadi karena jawaban yang diungkapkan oleh O sangat tidak sesuai dengan pertanyaan JK.
58. Maksim relevansi JK : Ini kenapa sih?//
P : Asyik... asyik... asyik...
Sama seperti penjelasan di atas, yakni jawaban yang diberikan oleh P sama sekali tidak ada hubungannya dengan pertanyaan JK.
59. Maksim cara Pl : Aku mau tanya sama bintang tamunya Mita. Boleh gak ya?
JK : Bintang tamunya Mita? (bareng O) Bintang tamunya Mita siapa ya? (sambil tertawa).=
M : (tertawa) Siapa? Online ya?=
JK : Adanya bintang tamunya Online.
O : Bintang tamunya Mita?// Boleh deh.
JK : Berarti ada yang lebih ya?
M : Berarti kalian, mungkin.//
Pelanggaran maksim cara terjadi karena adanya kekeliruan dalam memberikan pertanyaan, yakni kekeliruan yang dilakukan oleh Pl bintang tamunya Mita. Karena karena adanya kesadaran logika JK yang menyadari kekeliruan tersebut, sehingga dia bertanya ulang. Begitu juga dengan Mita. Hal ini setidaknya telah menimbulkan keambiguan.
60. Maksim relevansi Pl : Di Lidah, dekat gigi, di kuping, apa gak sakit tuh rasanya Mbak Mita?
O : Lebih baik sakit ini. Di sini daripada sakit hati.=
JK: Oh, pengalaman, pengalaman, pengalaman. (riuh penonton) Ada yang curhat colongan.//
M : Pertama sih sakit, tapi lama kelamaan udah gak. Seikarang udah gak.
Pertanyaan yang diajukan Pl adalah untuk M. Akan tetapi terlebih dahulu dijawab oleh O dan kemudian dijawab juga oleh M. Jika dilihat, jawaban yang diberikan O sedikit menyimpang dengan pertanyaan Pl.
61. Maksim kuantitas JK: Wah... (sambil menghitung) satu, dua, tiga = empat.
Pl : Banyak sekali.
JK: Dua lagi mana?
M : Ini ada dua-dua, kiri, kanan, di lidah satu, di sini satu.
Pelanggaran maksim kuantitas yang dilakukan oleh M terletak pada jawaban yang ia berikan kepada JK. Pertanyaan yang diajukan oleh JK seharusnya cukup dijawab dengan memberitahukan letak dua tindikan yang dimiliki M dan tidak diketahui JK. Namun, ternyata M memberitahukan letak semua tindikan yang dimilikinya, padahal JK tidak menanyakan semua letak tindikannya. Mungkin hal tersebut dilakukan untuk memperjelas informasi yang akan diberikan kepada JK.
Kesimpulan
Dalam prinsip kerja sama Grice terdapat empat maksim, yakni maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim cara, dan maksim relevansi. Keempat maksim ini tentunya dapat ditemukan pada setiap percakapan. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa setiap percakapan harus memenuhi keempat maksim tersebut dengan benar. Hal ini disebabkan dalam suatu percakapan ditemukan pelanggaran maksim. Pelanggaran maksim tersebut biasanya terjadi karena ketidaksengajaan yang dilakukan oleh penutur, sehingga ada kemungkinan percakapan tersebut mengandung humor.
Percakapan yang terjadi dalam acara Online Trans TV ternyata cukup banyak ditemukan pelanggaran maksim yang dilakukan oleh presenter, bintang tamu maupun penonton. Pelanggaran maksim yang paling banyak ditemukan dalam percakapan acara tersebut adalah pelanggaran maksim relevansi dan kuantitas. Kedua pelanggaran tersebut dapat dijadikan sebagai pelanggaran yang dominan terjadi pada acara tersebut. Berdasarkan tabel di atas, pelanggaran maksim sering dilakukan oleh presenter dan bintang tamu, yakni Mita The Virgin.
Dampak adanya pelanggaran terhadap keempat maksim dalam percakapan tersebut, yakni:
1. pelanggaran maksim kuantitas yang dapat menimbulkan ketidakefektifaan atau berbelit-belitnya percakapan karena kontribusi yang berlebihan;
2. pelanggaran maksim kualitas yang dapat menimbulkan kesalahan informasi karena kurangnya pemahaman;
3. pelanggaran maksim relevansi yang dapat menimbulkan kegagalan komunikasi dalam percakapan karena tidak adanya ketersambungan percakapan antara penutur dengan mitra tuturnya;
4. Keempat, pelanggaran maksim cara yang dapat menimbulkan kesalahpahaman komunikasi karena ambiguitas pemaknaan konteks percakapan.
Sumber Acuan
Cruse, Alan. 2004. Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
Kushartanti, dkk. (Penyunting). 2006. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Lampiran
Transkripsi berikut ini merupakan pertuturan yang terjadi antara Olga Syahputra (O), Jeng Kelin (JK), Mita The Virgin (M), Dara The Virgin (D), penonton (P), dan penelepon (Pl) di acara Online yang ditayangkan oleh Trans TV edisi 23 Februari 2010. Acara dengan durasi enam puluh menit ini tayang setiap hari Senin sampai Jumat pada pukul 13:30.
(Musik)
(Riuh suara penonton)
JK : Ehm. Tuhaan... Berikan aku hidup satu kali la..gi.. hanya un..tuk men..
O : Apa lo nyanyi? Tuhan berikan aku hidup satu kali lahi? =
JK : Yaa... //
O : Lo idup sekali aja bikin ngerepotin dunia.. //
(Riuh suara penonton)
O : Ngapain lo idup kalo cuma ngerepotin orang? //
JK : Heh, Olgaku. Heh.. //
O : Itu lagu apaan sih? Lagu apaan? //
JK : Olgaku sayang... //
O : Itu judul lagunye apee? //
JK : Itu emang judul lagunya begitu... //
O : ‘Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi....’ Judulnya apa? //
JK : ‘La... gi...’
O : Judulnya mati suri? =
JK : Bukan, bukan, bukan... Bukan mati suri. Judulnya itu, judulnya... Judulnya “Cinta Terlarang”.
O : Oh, “Cinta Terlarang”. ‘Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi’ =
JK : ‘Satu kali lagi...’ //
O : Oh, mati suri itu berarti...
JK : Ih... diomelin loh. Nanti diomelin sama yang punya lagu loh.
O : Lagian lo nyanyi kayak kebagusan aje. Mohon maap ni sebelomnye ye =
JK : Ha.. //
O : Lo nyanyi depan senior...
JK : Senior sapa?
(Riuh suara penonton)
O : Bukan apa-apa...
(Suara gaduh)
O : Ahahahaha.
JK : Mampus... Sukurin! //
O : Ahaha. Bukannya begitu. Lo nyanyi depan gue, penyanyi. Lo tau kan lagu gue kan, “Hancur hatiku”.
JK : Oh, ya ya ya... //
O : Tau kan? =
JK : Tau. Itu biasanya, kalo misalnya ada kucing, anjing mati dikuburin dinyanyiin lagu “Hantu-hantu hatiku”. ‘Kan jadi hantu.
O : Ahahaha.
JK : ‘Hantu, hantu...’ Bener!
O : Udah, lo jangan nyanyi depan gue deh. Kalo lo bagus, baru...
JK : Yee, bagus suara aku. Kalo ga... //
O : Suara apaan bagus? Ngomong aje... //
JK : Eh ga bakalan... //
O : Ngomong aje cempereng! //
JK : Kalo, kalo nggak percaya, tanya nih nanti sama, sama tamunya. Dia mau aku jadiin aku pokalis loh. //
O : Ini dia “The Perawan”.
JK : “The Virgin”. “The Virgin” nih...
(Musik)
(Suara riuh tawa dan tepuk tangan penonton)
JK : Ahahaha...
O : Sekadar pemberitahuan, pemberitahuan pemirsa Online di mana pun berada, si Mitha, Dara ayam ini takut banget ama yang namanya Jeng Kelin. Katanya, badut badut karena mukanya kayak badut.
JK : Aku disangka baduut...
O : Iye. Die pernah trauma waktu kecil... //
JK : Ooh... //
O : Ketakutan...
(Riuh suara tawa, sorak, dan tepuk tangan penonton)
O : Udah... Duduk //
JK : Aku mau duduk sebelah... //
O : Udaah! //
JK : Aku mau duduk sebelahnya Dara muda. Uuh...
O : Jangan! Makanya anak kecil suka ngeliat lo sawan ya kayak gini nih...
(Penonton tertawa dan bersorak)
JK : Heh! Uh...
O : Apa kabar? =
M : Baik, Kakak. Baik. //
O : Aduh, rambutnya... Abis maen layangan ni?
M : Ahahaha.
(Riuh suara tawa penonton)
JK : Eh, ini, dia dandan kayak begini soalnya apa... //
O : Oh iye, bukan ape-ape, rambutnye kayak benar kenur...
(Riuh suara tawa penonton)
JK : Eh, bukan! Ini The Vigrin dandannya begini soalnya hari ini tuh temanya trendsetter. Nah, ngerti nggak tuh?
O : Waah...
(Riuh suara penonton)
O : Oh, tau. Trendsetter... //
JK : Ngerti trendsetter? Apa trendsetter?
O : Trendsentter itu yang bawain acara... //
JK : Presenter itu, bukan trendsetter!
O : Oh, trendsetter itu kayak misalkan Online nih... //
JK : He-eh... //
O : Trus dibilang ginih, ‘Penontoon... Ada telepong...’
JK dan P : Angkat dong!
O : Nah, itu namanya trendsetter.
JK : Haa... trendsetter... //
O : Ya itu dialah! //
JK : Bukan senter!
O : Hahaha. Nah, jadi rambut yang kayak begini nih diikutin ama anak-anak muda jaman sekarang, ya. =
JK : Diikutin ama anak-anak muda. Emang pada gila sih anak muda, yah...
(Riuh suara tawa penonton)
O : Tuh banyak rambutnya pada diwarna-warnain...
JK : Ha, semua kayak The Virgin tuh di luar situ tuh...
(Riuh suara tawa, sorak, dan tepuk tangan penonton)
(Suara dering telepon)
JK : Eh, eh, ada, ada...
O : Entar dulu. Penonton dulu bilang. =
JK : Oh iya... //
O : Penontoon...
P : Wei...
O : Ada telepong. Ahahaha.
P : Digoyang asik... Digoyang asik... Digoyang asik...
O : Mau ke mana?
JK : Waktu itu ya, ada yang di twitter ‘kan nanya, pas ulang taun pake kalung ini ‘kan... =
O : He-eh. //
JK : Terus ditanya, ‘Kok kalungnya nggak dipake lagi? Dijual ya?’ Taunya masih ada. Hehehe.
(Riuh suara penonton)
O : Masih ada...
JK : Haloo...
O : Lo, kalung lo... //
JK : Hah?
O : Kalung lo mane? =
JK : Ada. //
O : Mane?
JK : Di dalem hatiku...
(Riuh suara tawa dan sorak penonton)
O : Ah! Gue sih ye sisa-sisa masih gue simpen. Ini emang elu, elu dikasih kalung, lo, lo jual buat bayar kontrakan. //
JK : Buat modal.
(Riuh suara tawa dan sorak penonton)
JK : Halo... //
O : Tuh kan, orang susah gue tau die. //
JK : Halo... //
O : Makan... //
JK : Halo... This is Jeng Kelin... //
O : Makan aje minta di tetangga... //
JK : Hus... Diem deh lo! Halo... This is Jeng Kelin speaking. What’s up, dud? You anything problem? Cup... cup... cup... Waah...
O : Online...
JK : What’s up...
Pl : What’s up, dude?
O : What’s up! Siapa namanya?
Pl : What’s up, dude?
O : Sia... Siapa namanya?
Pl : Dari Mia, di Garut.
O dan JK : Hah?
Pl : Dari Mia, di Garut.
O : Oh, sering gatel-gatel garut-garut mulu. //
JK : Garuk itu, garuk, garuk, garuk!
O : Mau ngomong ama siapa Mia? =
Pl : Enggak, aku mau ngomong sama Olga dulu.
JK : Ha...
O : Oh, boleh.
Pl : Aku gemes banget sama Olga. Pinginnya... //
JK : Hah?
(Riuh suara penonton)
O : Mia... //
(Sorak penonton)
JK : Sukurin! Sukurin! Sukurin!
O : Pada sirik banget sih!
Pl : Minta tolong dong
O : Lo sirik aja ama gue... Apa sayang?
Pl : Ehm, Jeng Kelin tolong cubit pipinya Olga. //
JK : Tolong cubit? //
Pl : Menggoda banget pipinya. //
JK : Dicubit? Dicubit apa dicium?
Pl : Dicium aja deh, biar ada bekasnya. //
JK : Ih, enak aja. Entar gue rabies. Gue cubit aja ya? //
(Riuh suara tawa dan sorak penonton)
O : Heh, apa lo bilang? =
JK : Raa... Ra... //
O : Lo cium gue rabies? Gue ngobrol ama lo aja nih... //
JK : He-eh. //
O : Udah najis gue nih. //
JK : Hahaha.
(Riuh suara tawa dan sorak penonton)
Pl : Olga... Olgaa...
O : Iya, Mia.
Pl : Olga...
O : Apa sayang?
Pl : Mau ngobrol sama bintang tamunya dong... //
O dan JK : Boleh... //
O : Bintang tamu? Boleh. //
JK : Sini Mitha sama...
O : Mau ngobrol sama bintang tamu boleh, mau nanyain yang udeh meninggal juge boleh.
JK : Hahahaha. Itu nggak ngomong.
(Riuh suara tawa penonton)
JK : Majuu... Maju... //
M : Iya, iya, iya... //
O : Maju, sayang.
JK : Ah, kok Dara jauh-jauh sih?
Pl : Halo, Mitha sama Dara. =
M : Halo juga. //
O : Sst... //
M : Hahahaha.
JK : Duh... Duh...
Pl : Trendsetter-nya tuh dari mana sih? Terinspirasi dari tokoh apa?
M : Hah? Oh? =
Pl : Idola kalian apa? =
O : Idola kalian apaan?
M : Idola, aku suka sama Matthew, Muse.
O : Apaan tuh? //
M dan D : Hahaha.
JK : Apaan tuh?
(Riuh suara penonton)
M : Gitarisnya Muse. Hehehe.
JK : Oh, gitarisnya Muse?!
O : Gitaris? //
JK : Ooh...
O : Ya Allah, gue pikir nama makanan. Apa gitu... //
M : Hehehe. //
JK : Namanya Meti? =
M : Matthew. Matthew.
JK : Matthew.
O : Matthew. Matthew.
JK : Oh, ya ya ya.
O : Dulu yang pemaen gitar itu pernah... //
JK : Matthew. //
O : Pernah maen Tersanjung tiga.
M : Hahaha.
D : Hahaha.
O : Iya.
JK : Terus, mau nanya apa lagi?
Pl : Kalo si Dara?
O : Dara? Sukanya... =
D : Aku sukanya sama... //
O : Sama siapa?
D : Ashley Simpson. //
O : Siapa tuh? =
JK : Penyanyi, ada. //
D : Penyanyi.
O : Oh, penyanyi. =
JK : Penyanyi luar negri. //
O : Tuh gitaris, penyanyi. Lo suka Gaban. //
JK : Aku suka... //
(Riuh suara tawa penonton dan The Virgin)
M : Ahaha. Gaban!
O : Mbak Mia, sayang, cakep, kamu dapet... //
Pl : Iya, kenapa Olga? //
O : Kamu dapet lima ribu ya, Neng. =
JK : Lima ratus ribuu! //
O : Eh, salah, lima ribu! Maaf. //
JK : Lima ratus ribu! //
O : Lima ratus ribu. Maaf, ya...
Pl : Iya, makasih, ya. //
O : Makasih, ya, Sayang. //
JK : Dadaah... //
Pl : Iya, dadaah... //
O : Eh, salam nggak? Mau salam nggak? Mia, mau salam nggak? Hei!
M : Hei... Hahaha. //
Pl : Mau, mau, mau.
JK : Oh, mau?
O : Mau!
Pl : Mau salam buat temen-temen aku yang ada di Unpad... //
O dan JK : Unpad! //
M : Oh, anak Unpad? =
Pl : Iya. Terus sama Olga, sama Jeng Kelin. //
O : Iya, makasih ya, Sayang. //
JK : Hee... Makasih... //
Pl : Biar nambah akrab deh, akur-akur deh. //
(Riuh suara penonton)
JK : Hihihi...
O : Nggak mau ah...
JK : Aa... aah...
O : Kita ini suami-istri... //
JK : He-eh. //
M : Ooh... //
O : Belom tau. Kita ini suami-istri... =
JK : He-eh, suami-istri... =
O : Nah, keluarga kita namanya keluarga Laknat =
JK : Keluarga Laknat.
M dan D : Ahahaha.
(Riuh suara tawa penonton)
Pl : Olga...
JK : Ya, ya kenapa? //
O : Ya, Sayang, kenapa? =
Pl : Nikah, nikah, nikah yang ini dong, nikah asli, jangan nikah siri.
M : Ahaha.
O : Ooh...
(Riuh suara penonton)
JK : Kita digosipin. //
O : Tadinya mau nikah siri. Sirinya dipake nenek gue, ini orang jadinye.
(Riuh suara tawa dan sorak penonton)
JK : Dadaah... =
O : Makasih ye, dadah...
JK : Dadaah...
O : Udeh dadah... Penontoon...
P : Wooi...
O : Jeng Kelin sini dong.
JK : Nggak ah, mau deket-deket ini... mau deket... //
O : Entar ‘kan kita nggak tau mau diapain ama penonton. Eh, penontoon...
P : Wooi... //
O : Iklaan...
P : Cium Dara...
D : Aahh...
(Musik)
O : Onlinee...
JK dan P : What’s up, dude?
O : Sekarang The Virgin harus ngomong, ye. Kalo Olga bilang ‘Online’, lo bilang, ‘What’s up, dude?’ =
M : Iya. //
O : Ya. Itu anak gaul di Amerika.
JK : Sombong, sombong... //
(Suara riuh penonton)
O : Lu ngga, lu ngga pernah ke Amerika sih...
M dan D : Hahaha.
(Penonton juga tertawa)
O : Ngga, gue kenal deket sama Josh Gorbon
M : Ahahahaha...
JK : Josh Gorden.
O : Ahahahaha...
JK : Josh Gorden, bukan Josh Groban.
O : Cobe ye. Onlinee...
M dan D : What’s up, dude?
(Suara riuh penonton)
JK : Manis sekali yaa...
O : Eh, ‘what’s up’-nya yang ‘What’s up, dude?’
M : Oh, yang semangat! Semangat! //
O : Lebay deh. Ngeri banget suara lu... //
D : Hahaha.
M : Lagi, lagi. //
O : Online...
M dan D : What’s up, dude?
O : Naah... //
JK : Yee...
(Riuh suara penonton)
JK : Tapi dia kayak teriakin maling. //
O : Iye, makanye... //
JK : ‘What’s up, dude?’ gitu...
D : Ahahaha.
O : Tapi nggak pa pa, gayanya Slank.
JK : He-eh, gitu... Nih...
(Suara riuh penonton)
O : Tanya lagi artisnya!
JK : Nih ‘kan, gayanya begini banyak yang niruin gitu ya. Sadar nggak kalo kalian jadi trendsetter?
M : Amin. =
D : Nggak.
JK : Nggak sadar?
D : Nggak. =
M : Nggak, nggak. //
JK : Masa?
(Riuh tawa penonton)
JK : Sadarnya apa?
M : Nggak.
JK : Nggak sadar?
M : Nggak. //
O : Sama kayak lo, lo ‘kan gila, tapi lo nggak sadar. //
D : Ahaha.
JK : Saya mah sadar gila, hu-uh. Nah, terus kalo misalnya gaya begini, ada ini nggak, patokannya, modelnya ngeliat siapa gitu? Atau didandanin ama siapa gitu? =
O : Ya, kayak misalkan Jeng Kelin, patokannya sebelom kayak begini, pernah liat orang gila di Tomang nggak? //
M dan D : Ahaha. //
O : Nah, itu.
(Riuh suara penonton)
M : Patokan? Kalo patokan sih banyakan kita browsing dari Jepang style.//
O : Sadaap... //
JK : Ooh... Dari Jepang?
JK : Tapi ngakunya nih, si Dara muda nih doyannya nontonnya India...
(Riuh suara penonton)
JK : Indiahe, Indiahe... //
O : Katanya India?
(D mengangguk)
O : Oh, muka lo kayak Kajol. //
D : Ahaha.
M : Ahahaha...
O : Tere kusuman, kusuman kuhee...
M dan D : Ahahaha...
O : Gitu ya lagunya ya? Ada ya lagunya?
D : Lagu siapa?
O : Ada. Lagu itu... Itu lagunya Naginal yang jadi si... =
M : Uler... =
D : Nagin! Nagin! =
JK : Nagiin! //
M : Nagin, Nagin, Nagin. Tau, Sri Devi.
O : Apa tuh Sri Devi? //
D : Bukan. Nagin bukan Sri Devi.
M : Apa dong?
D : Tau... //
JK : Ini bekas India gimana sih sebenernya?
D : Hahaha.
(Suara dering telepon)
O : Ya. Eh, sehari-hari gayanya kayak gini nggak nih?
M : Begini ajah. =
D : He-eh. =
M : Apa adanya.
JK : Kayak gini? //
O : Oh, gitu... //
JK : Tapi ‘kan dulu sebelom jadi artis pasti rambutnya nggak warna-warni gini ‘kan?
D : Aku ini baru pertama kali diperawanin ini rambutnya. //
JK : Baru diperawanin?
D : Baru diwarnain. Hehe.
(Riuh suara tawa penonton dan bintang tamu)
(Suara dering telepon)
O : Baru pertama kali di... dicat-cat... //
JK : Oh, baru pertama kali dicat-cat.
O : Bentar, ya, Neng.
JK : Haa...
O : Penontoon...
P : Wooii...
O : Ada telepong...
P : Angkaat! Digoyang asik... Digoyang asik... Digoyang asikk...
JK : Au, au, au... Majuaan... Hayooo, this is Jeng Kelin speaking. What’s up, dude? Anything problem? Cup... Cup... Cup...
(Riuh suara tawa penonton)
JK : Kayak masuk ke goa, suaranya ‘Aoo aoo aoo...’ gitu lagi... //
O : Hahahaha... Online...
JK : Wa a bud?
Pl : Online... What’s up, dude?
O : Ih, pinter.
JK : Yee...
(Riuh suara tepuk tangan pembawa acara dan penonton)
O : Siapa ini?
Pl : Tuti...
O : Tuti? Tutii...
JK : Tuttiii...
O : Tuti, asal kentut, mati.
(Riuh suara tawa penonton dan bintang tamu)
O : Ya, Tuti di mana, Tuti? =
JK : Tuti di mana?
Pl : Jakarta. //
O : Jakarta... =
JK : Di Jakarta...
O : Tuti mau nanya sama siapa, Tuti? Dara atau Mitha? Atau dua-duanya? =
Pl : Sama Dara deh... //
O : Sama Dara... =
JK : Oh, sama Dara... Sini, Dara... =
O : Dara, sini, Sayang...
(Musik)
JK : Eh, aku tau masa. Dara ini ada lagunya...
O : Gimana lagunya?
JK : ‘Dara muda yang sangat memabukkan diriku...’ //
D : Hahaha... //
O : Salah, salah, salah. Sebentar... Sok tau, ye! Sok tau! Bukan gitu lagunya... //
JK : ‘Dara muda yang sangat memabukkan diriku...’ //
O : Bukan! //
JK : Gimana dong lagunya?
O : Bukan begitu lagunya... //
JK : Salah ya? Gimana dong lagunya? =
O : ‘Darah muda, darahnya para remaja...’ //
JK : Ohh... Aa... //
O : ‘Yang selalu merasa gagah...’ Gituu... //
JK : Nadanya sama sih... ‘Dara muda yang selalu memabukkan diriku...’ Mirip nadanya.
O : Nggak, nggak, nggak. Nggak sama. Nggak sama... Iya... //
D : Hahaha...
O : Mau nanya apa, Mbak Tuti?
Pl : Dara, apa kabar nih?
D : Hah? =
O : Dara apa kabar?
D : Alhamdulillah, baik. =
JK : Baik.
O : Mbak Tuti apa kabar? Tanya lagi dong.
D : Mbak Tuti apa kabar?
Pl : Baik. Dara makin cakep deh. =
D dan O : Makasih... //
JK : Dara, bukan Olga.
O : Oh... //
Pl : Dara kenapa takut ama Jeng Kelin, yah? //
JK : Wah... He-eh... //
D : Kalo di tivi sih masih lucu, tapi pas aslinya kalo diem... //
O : Jelek ya? //
D : Takut... //
JK : He-eh. Takut... //
D : Tapi kalo gini-gini, takut. Serem... //
JK : Waaa...
D : Aah...
(Riuh suara tawa penonton)
D : Hahaha... //
J : Hantu kali...
Pl : Peluk dong Jeng Kelinnya.
O : Coba Jeng Kelin dipeluk... //
JK : Haa...
O : Kenapa sih takut ama Jeng Kelin?
D : Huuu...
O : Mungkin ini kali, dia nggak takut ama mukanya... //
JK : He-eh. //
O : Mungkin dia takut ama baunya...
D : Hahaha. //
(Riuh suara tawa penonton)
JK : Apa sih? Wangi! Niih... Huuu...
D : Hahaha. //
(Riuh suara tawa penonton)
JK : Tiap hari mandi. //
O : Tetep aja lo apek. Badan lo ‘kan kayak topo. Bau! //
D : Hahaha.
O : Mbak Tuti, mau salam-salam, Mbak Tuti?
Pl : Iyaa... //
O : Boleh. Sip... //
Pl : Buat semua temen UNJ deh... //
O dan JK : UNJ...
Pl : Iyaa... //
JK : Siapa lagi?
Pl : Sama kru Trans TV semuanya
O : Iya, sama-sama. Makasih, Sayang. =
JK : Makasih...
(Riuh suara tepuk tangan)
O : Kamu dapet lima ratu ribu ya... =
JK : Yaa, lima ratus ribuu... Hoo...
O : Oke, duduk atau iklan... =
JK : Balik lagi. Duduk lagi... //
O : Duduk lagi ya?
JK : Duduk pulang... =
O : Duduk pulang...
JK : Duduk dulu... //
O : Tanya lagi. Pertanyaannya apa?
(Riuh suara penonton)
JK : Nih, kalo... //
O : Cowoknya suka nggak lu dandanannya kayak begini nih?
M : Kebetulan Mitha masih jomblo...
(Riuh suara sorak penonton)
JK : Oh, masih jomblo? //
M : Mau daftar?
O : Mitha jomblo... //
JK : Mitha jomblo, kalo... //
O : Jangan dijawab! Penontoon... //
D : Hahaha.
M : Hahaha.
(Riuh suara tawa penonton)
O : Lupa ‘kan gue jadinya.
JK : Otak saya geblek. Otak saya... //
O : Penontoon...
P : Woii...
O : Iklan!
(Suara penonton dan musik)
O : kalo ngikutin dara.. mitha.. enak. Hehe.. masa’ orang gila diikutin.
(penonton tertawa)
JK : tapi Ga, tapi liat dong di tipi situ tadi, justru semakin gila semakin ditiruin, yang wajar-wajar malah ga ditiruin. (suara riuh penonton) He-e, bener.
O : Sebentar,=
JK : =Apa sih?
O : si.. Mita megang gitar..=
M : =iya ni.
O : coba lo jalan trus gitar lo taro’ di pundak, pasti orang bilang, wuih.. Berkelana Dua nih.. (suara penonton gaduh)
M : Hha.. Rhoma Irama.
JK : Rhoma Irama dong itu.
O : haha Rhoma Irama.. Nyanyi sedikit dong.=
D : =Nyanyi? Boleh.
O : e sedikit, yang lagu the virgin, begadang dua.
D : Begadang dua.. haha
(Mita dan Dara nyanyi)
O : Dah.. kalo dah pada begadang, ya? Nyanyi lagu dangdut, minum, gorengan, kacang ama keripik.
(penonton tertawa)
JK : pintal. Dulu begitu ya? =
O : =Begitu.
JK : Masa lalunya ya..?
O : Bukan, nongkrong. Main gitar di kuburan. Wuih, seru banget.//
JK : //Tapi, tadi ni belum dijawab.//
O : //Ya belum dijawab nih.//
JK : //Sama Dara.
O : Dara. Gimana, cowoknya komplain ga kalo dandanan Dara kayak begini ni. Rambut pake diwarna-warnain.=
JK : =e-eh.
O : Ini leher pake diiket-iket.=
JK : =Pake kalung.
O : Kayak bulldog jatohnya, kan git.
D : Eheheheh… enggak, ga komplain. Soalnya ga punya pacar.
O : Ga punya pacar?//
JK : //Uuuh, jadi masih pada jomblo dua-duanya?
D : Iya, kalo mau daftar boleh ketik..=
M : =di bawah ini. (sambil menunjuk ke arah bawah ala iklan promosi)
JK : Ooo, dia buka lowongan.//
O : //Ooo…Belom punya pacar. Masa sih cakep-cakep belum punya pacar?
D : Belom.
JK : Kalo sama yang gini, mau ga? (sambil menunjuk kea rah Olga)
D : ehehe…
JK : Ga mau?.. (Bertanya kepada Dara
O : Kita kan udah suami-istri,=
JK : =Oiya, jadi, ga boleh selingkuh ya?=
O := Ga boleh..//
JK : //Hoo.. okay, kalo gitu mendingan sekarang kita main-main aja deh,, ya?// (suara Dara tertawa)
O : //Itu tu,=
JK : =Kenapa?=
O : =Itu tu, Sebentar, sebelum main-main, kita Tanya.
JK : Apa?
O : Mitha, pernah pake rok ga sayang?
M : Pernah.
O : Pake clanaa mulu.
M : Pernah.
O : Pernah?
M : SMP, SMA, SM, SD.
JK : Ooo. Kalo itu mah apa boleh buat.//
O : //Kalo sekarang, kalo sekarang udah ga pernah pake rok ya?
M : Ooo, udah lama enggak.
O : Udah ga lama?=
M : =Udah lama.
O : Takut dilalerin kali ya, ato ga.
M : Hahahaha….
O : Kotor.. kan harus bersih kalo pake rok, mengkangkang.//
JK : //Udah, mendingan sekarang kita buktiin aja ni ya.. saatnya Rantang Jengkol..
(latar musik)
O : Pengin tau Sayang, Rantang Jengkol apa? (bertanya ke arah Mita dan Dara)
M : Apa?
O : Penonton, Rantang Jengkol apa? (bertanya ke arah penonton)
P : Berani Ditantang Jeng Kelin dan Olga..
JK : Baguuus..
O : Aaaaa…//
M : //hada apa eneh..?//
JK : //Jadi, berani ditantang kita berdua. //
O : //Penonton itu, e, anak panti asuhan gue.
Oke.
Ehehehe.. orang tuanya udah pada ga ada. Gua yang e, gua yang baya..=
JK : =Wa, nyumpain lho, emak bapaknya udah ga ada lho. Ni ya..//
O : //Ya uda langsung.
JK : Jadi…//
O : //Astaga, pantesan Tata Dado ngomel-ngomel. Dibawa-bawa.
JK : Jangan gitu dong, Bu. Pasti Ibu kangen ya, pengin pake bulu-bulu ya..//
O : //Eh, tapi..//
JK : //Ni ya, jadi pokoknya, karna Mitha ga pernah dandan perempuan,
O : Ya.
JK : sekarang mau kita ubah.//
P : //Masalalu..
JK : Kita mau balik nih. Jadi, e, Mitha dandan ala Dara yang girly, Dara dandan ala Mita yang tomboy.
O : Ooo.. tuker, tuker balik//
JK : //Ini, buat//
M : //Ini dipake?=
JK : =he-e. Ni buat Mith, ya, ni buat, e, buat dara, ni buat Mitha tu, tu yang pake bando-bando kayak peri-peri tu.//
D : //Hehe,, bawa pulang ya.
JK : Hnge.. ni pake jeket biar kayak Mita ni. Mita pake rok… hwaaa..
(suara riuh penonton)
JK : Ayo dipake roknya.. huu..
O : Ayo pake.
(penonton pun masih ramai)
JK : He em.
Hayo Dara, Dara juga dipake.=
D : =Tar dulu, tar dulu.
P : Pake, peka, pake.
D : Kegedean ini jaketnya.
JK : Ehehehe.
M : Akhirnya pake rok juga.
Ga muat si..
JK : Itu ada celananya soalnya.=
M : =O ada celananya.
JK : He-e
Iih, Mita cucok deh kalo kayak gini-gini, manis deh..
O : Yak.
M : Ya udah kalo pake ini, di sini aja. (sambil mengenakan rok di kepalanya)
JK : Yaaa, jangaaan.
O : Mitha, e,
D : Ini bukan kayak Mita.//
O : //Bentar,//
JK : //Kayak apa dong?
D : Kayak Glow. Hahaha..//
O : //Mita, Mita..
Mita, Mitha.. Sepatunya pake juga ya…
JK : Ne, pake gelang-gelangnya..
O : Tu.. pake, se.. coba,//
JK : //Mitha pake kalung dah.
O : Kalung.//
JK : //Biar cantik.//
O : //Digini’in.. (sambil melingkarkan bulu-bulu di leher Mitha)
M : Abis-abisan nih.
O : Seet, waah, Mita,,//
D : Pake sarung tangannya, pake sarung tangannya.//
O : Ga, pas Mita jalan, tar orang-orang pada bilang, “Ooo, banci Klender..”
P : Whahahaha…
JK :Weiiiiiiiii….
Hayo, (ada suara dering telepon)
(Mita berpose dengan kostumnya yang baru)
O : Ya Allah.. Ya Rabbi.
JK : Tadi Mita udah pose-pose, sekarang Dara yang pose ala Mita coba,//
D : //Ini Gelow.. bukan Mita.//
O :// Coba//
JK : //Coba.
D : Gelow ya..
O : Ya, ceritanya ketemu sama orang di Menteng lah.
JK : Ayo coba.//
D :// ketemu di Menteng
O : Wei What’s Up gitu nah.
M : Pake rok tapi dia gini..
Mau Bang?.. (Mita yang girly bergaya ke arah Dara yang bergaya tomboy)
O : Wah, luar biasa ya The Virgin ya. Ya silahkan duduk, duduk. (suara telepon bordering)
Eeh eh, Penontooon… ada telepooong…
P : Angkaaat.. Asek digoyang asek digoyang asek digoyang aseeek…
O dan JK : He he he he…
JK : Kayak dangdut koplo.
(Jeng Kelin menerima telepon)
Halooow, this is Jeng Kelin speaking what’s up you anything problem. Cup cup cup..
O : Online..?
Pl : What’s up dude...
O : Cakeep.//
JK : //Yee.
O : Siapa ini?
Pl : Yuli di Tambun.//
JK : //Yuli.//
O : //Yuli di Tambun?. Bekasi ya, Yul?
Pl : Iya betul.//
O : //Iya. Yuli mau nanya ama sapa, Yul?
Pl : Mau ini komenin, itu peragaannya, kayaknya Mita ga pantes banget deh.
P : Waaaa….
M : Setuju. Setuju.//
Pl : //Kayaknya ini ni..
JK : Ngeri ya?
Pl : He-e ngeliatnya ngeri banget.//
M : //Kayak kak Olga jaman dulu bukan?
P : Waaa…
JK : Ibu (menyebut Olga), jaman dulu begitu?..//
O :// Ho-oh, iyah, gue jadi inget waktu gue di rel.
Sini sayang.//
JK : //Sini maju.//
O : //Maju, maju Mita. Ya//
Pl : //Ya. Mau nanya sama ini dong, bintang tamu.
O : Boleh sayang. Ayak , apa Yul?=
Pl : =mau Tanya sama Mita.
M : Be Your Self ya ga Bu? Bener ga Bu?
Pl : Mita?=
M :=Ya.
Pl : E, kayaknya kenapa si rambutnya dipotong pendek terus?//
O : //Kenapa si, Bu?//
Pl : //Kenapa ga panjang?//
O : //Kenapa si, Bu? Urusan orang, Bu..
(suara riuh)
M : Karena ga suka panjang.//
O :// Karena ga suka panjang.//
JK : //ngeuu..//
O : //Karena kalo panjang ribet?//
M : //Bukan ribet.//
JK ://Ga pernah?//
M : //Dulu pernah panjang. Cuman bosen ,jadi ganti rambut.//
Pl : //Iya, dulu kayaknya pernah liat di internet, rambutnya panjang, cantik banget.
M : Betul.//
JK ://Wuuoooo.
M : Makasi Ibu, Makasi. Makasi Ibu.
O : A, Ibu suka main internet juga ya? Yul?//
Pl ://Iya.//
O : // Ciye, gaul gila lu.
Pl : Gaul juga dong.
O : Ya ha ha, gaul juga dong.
JK : Lucu ya dia ya?
O : Mau nanya apa lagi, Bu?//
JK : //Mau salam, Bu?
Pl : E, Olga.
O : Siaaap.
Pl : E, Bisa ga kayak gayanya Mita, tomboy?
JK : Aaa, susah itu. Waaa.
O : Gampang, Bu. Saya kan dulu anak R&B. Diskotik mana si, Bu, yang ga kenal saya, Bu.//
JK : //Eh, Bu (menyebut Olga), tadi bilangnya katanya gaya jaman dulu di rel, sekarang bilangnya gaya R&B.
(Olga pun bergaya)
JK : Ga pantes.
Pl : Kayaknya ga pantes, tu.
JK : Eh, gayanya tetep=
Pl : =Gayanya tetep kemayu.
JK : Tetep gini..( Jeng Kelin memeragakan sebuah gaya). Jarinya tetep begini.
Pl : Olga. Olga…
O : Apa Yul?
Pl : Ini tetep kemayu, tangannya tetep miring.
JK dan O : Ha ha ha..
JK : Ibu, mau salam ga, Bu?
Pl : Iya, salam-salam dong buat keluarga aku, yang ada di daerah Petamburan.=
JK : = A a, siapa lagi?
Pl : Iya, yang lagi nonton.//
JK : //Siapa?
Pl : Buat keluarga aku di Petamburan.=
JK : =He-e.//
Pl : //di Tangerang. Dia sering, tiap hari menonton Online.
O dan JK : Trima kasih..
O : Tengkiu ya..
JK : Kalo gitu Ibu//
Pl : //Dapet salam Olga.=
O : =Apa sayang? Salam balik.
Pl : Dari Hesti katanya.
O : Hesti. Masih hidup?
(Suara penonton riuh)
JK : Eh, kalo dia bisa salam, artinya masi idup. Kl,//
Pl : //Bisa kirimin AC ga ke rumah?
O : Apa?
Pl : Bisa kirimin AC ga ke rumah?
JK : Tu minta AC, katanya.=
O : =Minta AC ?=
JK := He-e.
O : Kenapa ke gue aje.//
Pl ://Iya, Olga kan mau jadi milyarder sekarang.
O dan P : Hooaaaa.
O : Bu, Ibu catet alamat Ibu, nanti saya kirimin ya, Bu.//
JK : //E-e lewat mana?//
Pl : //Jangan Boong.=
O :// Iye, ntar saya kirimin. AC kan, Bu?
Pl : Iya, tinggal nunggu tagihan, kan?
O dan JK : Iyahahaha…
O : Lucu ya si Ibu..
JK : Ya udah, Ibu dapet lima ratus ribu.//
O ://Nah tu, buat beli AC.
P :Yeeeiii….
O : Penontooon..
P : Oooiii…
O : Iklan.
P : Guling, gulingan..
JK : Guling-Gulingan?
(musik)
(Musik)
(Riuh suara penonton)
O : Online...
P : What’s up dude...
O : Saya tadi lagi iklan ngobrol sama The Virgin. Saya bangga dan saya senang.
JK : Kenapa, tuh?
O : Setiap ada Olga, saya selalu nonton. Saya seneng sama Olga.
P : Ciey... ye... (tepuk tangan).
O : Eh, iya. Dia selalu ngikutin gue kalo lagi malu-malu. Gimana cobe, Mita.
M : Enggak, gue gak bisa.=
D : Bisa... bisa...=
M : Gak, Cuma Olga yang bisa peragain //
(musik dan tepuk tangan)
O : Kalo lagi malu-malu gitu.
Mita dan Dara tertawa. Riuh suara penonton.
O : Coba peragain.
M : Sambil berdiri diperagain?
O : Sambil berdiri terus lari-larian.=
D : Coba sambil berdiri, atuh!
JK : Ayo, coba!//
O : Gak ada gue, lo ledekin gue.
Mita tertawa sambil memperagakan.
O : Udah, udah.=
JK : Udah deh. Tanya lagi aja ya!
O : Tanya lagi.
JK : Nah, nih kalo gaya, mmh (0,5) apa namanya gaya kalian ini ada yang ngatur gak? Ada tim khusus fashion styles-nya atau apa gitu?=
O : Ada yang ngajarin gak? Nih, potongan rambutnya harus gini. Kayak gini-gini. Terusnya yang lain kayak gini atau gimana?//
(suara organ dan riuh suara penonton)
JK : Waduh, buntung dong!
M : Kalo baju sih, ada style-nya. Terus ada wonder-loap dari Sukabumi. Awet.=
JK : Ehe.. awet ya?=
O : Awet.=
(riuh suara penonton dan suara organ)
M : Awet. Tapi kalo style rambut atau apa sih, Dara gayanya sendiri, Mita gayanya sendiri.
JK : O, kalo gini bukan keinginan masing-masing, apa disuruh, apa emang pengen sendiri?
M&D : Sendiri.
JK : Emang pengen sendiri kayak gitu?//
O : Ye, kayak Lo aja. Lo aja yang kayak gitu.(tertawa)//
JK : Ini bukan aku! Uu...
(riuh suara penonton dan suara organ)
O : Penonton...
P : Hoi!
O : Baca twitter berarti harus pakai apa?
P : M3 man.
O : Eh, mana. Mana?
JK : Udah ngerti belum? Eh belum juga. (sambil memegang blackberry). Nih ya. Ya, ya, hilang. Ya... Ya, aha! (seolah berhasil menemukan twitter lagi) Nih, dari /.../ Wah, hilang. Pokoknya tadi ada yang bilang ya ke Online Trans TV (sambil membunyikan bibirnya) cup. Kalo Mita, gak pantes pake gaya cewek, Olga gak pantes niruin gayanya Mita, lebih cocok jadi cewek. Katanya gitu.//
(suara organ dan penonton tertawa)
O : Lo ngarang. Pasti Lo ngarang nih?
JK : Enggak! Bener tadi sebelum hilang gitu upload-nya. Jadi, Mita yang perempuan beneran cocoknya jadi laki, yang laki beneran cocoknya jadi perempuan.//
(suara organ dan penonton tertawa lagi)
M : Belum tahu dalamnya.=
O : Iya belum tahu dalamnya. Ngomong apa? (menuju JK) Diem-diem nanti gue santet Lo!// (Mita dan Dara tertawa)
JK : Aah? Apa?//
O : Gue ngomong baik-baik. Ntar tiba-tiba aja lumpuh kaki Lo, ya!=
JK : Ah, jangan dong! (penonton tertawa).
O : Ya, ini sekarang ada siapa lagi nih yang dibaca nih?=
JK : Nah, siapa tuh? Tuh, hilang lagi twitter-nya. Nih, bener deh aku gak bohong. Naah..//
O : Gue gak ngerti ama yang beginian.//
JK : Nah, beneran nih. Pokoknya tadi tuh ya, ada yang bilang, katanya /.../
O : Tuh, gue males. Ya terus ada yang bilang. Ada yang bilang.
(semua tertawa)
JK : Iya. Ini twitter-nya hilang, soalnya. Bener.=
O : Untung twitter-nya yang hilang. Untung bukan nyawa Lo!=
JK : Iih, enak aja!
(semua tertawa)
JK : Eh, beneran. Ini twitter-nya hilang. Pokoknya yang aku ingat tadi /.../
O : Tuh, twitter-nya yang hilang tadi masih Lo bilang juga.//
(M&D tertawa)
JK : Oh, ya udah deh. Gak jadi bilang deh ah kalo gitu. Uuu...
(Diam sejenak)
JK : Aku mau tanya lagi deh, kalo gitu deh!//
O : Kamu punya twitter g, sayang? (kepada Mita dan Dara)
M : Aku gak punya. Gak punya. Banyak banget yang masuk ke twitter, tapi aku gak punya.
JK : Kalo Dara?
D : Aku juga gak punya.=
O : Aku juga gaik punya twitter. Gak punya facebook. Gak punya macam-macam deh.//
JK : Uuh.. (M&D tertawa)
(suara organ dan riuh suara penonton)
JK : Kalo aku punya. Kalo dia gak punya, mungkin privacy. Kalo Olga gak punya, karena Olga gaptek. (penonton tertawa)//
O : Tanya lagi?
JK : Ooh, banyak.
O : Apaan tuh? (0,5) O, kalo cincin mahal gak?//
JK : Buat apa?
O : buat tampil.=
JK : Buat dandan kayak gini kalo mau tampil?=
O : Buat tampil harus pake gini-ginian. Ini apa nih?
M : Weighs.
O : Itu kayak gantungan gulali juga, gitu ye!=
(riuh suara penonton)
JK : Gulali?
M : Hahaha... (tertawa terbahak-bahak).
JK : Kok, dia tahu ya?//
O : Kira-kira mahal gak?
M : Gak mahal. Pintar-pintar komplain aja. Apa yang kita punya, kita komplain. Gitu aja.
O : Kamu sayang, cantik Dara?
D : Sama, aku juga.=
O : Sama. Lo ikut-ikutan gue.
(penonton tertawa dan muncul suara organ)
O : Suka dukanya jadi artis, nih. Sukanya apa?=
JK : Jadi trendsetter.//
O : Jangan diganggu dulu!
JK : Astagfirullahaladzhim.//
O : Hehe... kaget ya?//
JK : Maju!//
O : Penontooon...
P : Yooi...
O : Iklan!//
P : Jorokin...
(musik)
O : Online...
P : What’s up dude...
O : Hari ini banyak banget yang nonton. Sekali lagi terima kasih banyak. Ini ada Endi, ada Ajib, ada Hesti yang lagi di Pulau Seribu lagi pada nonton.=
JK : Ini juga ada Dania lagi nonton.=
O : Ada Pitu juga anak-anak kampus yang nonton. Mungkin pada gak bisa ke kampus gak bisa jajan, Cuma bisa nonton doang.
(M&D tertawa)
O : Tanya lagi.=
JK : Tanya belum dijawab. Pertanyaan tadi, suka dukanya jadi trendsetter apa?=
O : Apa suka dukanya Mita, Dara?
M : Suka ya /.../
O : Seneng gitu ya?=
M : Ya, seneng//
O : Abis suka ngikutin kita. Kalo ngikutin yang baik-baik, gak papa ya.=
M : Ya.=
O : Ya, kalo ngikutin yang gak baik-baik?//
JK : Pernah ada gak yang nyaru gitu. Eh, Mita! Mita! Tahunya bukan Mita, gitu.
M : Belum sih, ya.
JK : Belum pernah ya?
M : Ya, belum. Soalnya aku unik.=
JK : Huwa... wow...=
M : Geer banget ya? Pede. Hahaha...
(riuh penontonn)
O : Iya kalo muji diri sendiri gak papa ye.=
M : Kalau bukan kita, sipa lagi?
O : Betul!//
JK : Dara, coba!//
O : Lo, nyelak mulu. Coba Dara!
D : Apanya?
JK : Suka dukanya.=
O : Tadi pertanyaannya apa, apa. Jawab sendiri deh! (D tertawa)
D : Sukanya (0,5) ya, bisa kenal sama banyak orang lainlah, gitu. banyak yang ikutin. Jadi kita kenal sama orangnya.//
O : Eh, maaf nih. Jadi beli celana gak nih?
(riuh suara penonton).
O : Terus tanya lagi?
JK : Impian yang belum tercapai apa?=
O : Apa sih?
M : Satu, dua, tiga (bersama dengan D) album!
JK : Emang selama ini ngapain tuh?=
O : Biar gue yang sampaikan Mas Dhani. //
JK : Ooh..//
O : Bikinkan aku album lagi biar nurut /.../
JK : Mas Dhani/.../
O : Sama gue.//
JK : Aku juga minta dibikinin almbum.
(riuh suara penonton)
JK : Oho, gak boleh ya?
(bunyi dering telepon)
O : Ada telepon. Mas Dhani mau bikin lagu apa? Cicit cuit?
(semua tertawa)
O : Udah deh, jangan mimpi.=
JK : Eh, gak papa.
(M&D tertawa)
O : Penontoon...
P : Oiy!
O : Ada teleppong!
P : Angkat dong!//
JK : Ini kenapa sih?//
P : Asyik... asyik... asyik...
(riuh suara penonton)
JK : Ada apa, Bu? Hari ini Ibu gak konsentrasi.=
O : Iya, ada apa? Ibu kayak ada pikiran.
(riuh penonton)
JK : Hello, this is Jeng Kellin speaking.//
O : Astagfirullah.//
JK : What’s up do you anything problem? Cup..(bunyi gendang) belom... //
O : Hehe.. kayak film Tom and Jerry. Dung...dung...dung... //(penonton tertawa)
JK : Kayak nyolong apa, gitu.//
O : Online...
Pl : What’s up dude...
O : Siapa ini?
Pl : Dengan Rismawati di Priuk.
O : Wow, di Priuk.=
JK : O, Rismawati di Priuk.
O : Mau nanya sama siapa nih, Risma?
Pl : Aku mau tanya sama bintang tamunya Mita. Boleh gak ya?
JK : Bintang tamunya Mita? (baraeng O) Bintang tamunya Mita siapa ya? (sambil tertawa).=
M : (tertawa) Siapa? Online ya?=
JK : Adanya bintang tamunya Online.
O : Bintang tamunya Mita?// Boleh deh.
JK : Berarti ada yang lebih ya?
M : Berarti kalian, mungkin.//
O : Ya, sekarang terserah orang mau bilang apa. Sekarang terserah.//
JK : Gak papa ya?
O : Iya, itu urusan orang deh. Hidup gue itu, hidup gue!
(M&D tertawa)
M : Ya, kenapa Bu?
Pl : Mbak Mita.
O&M : Ya.
Pl : Aku mau nanya dong.
M : Ya.=
O : Ya, boleh. Kalo nelepon mesti nanya.
Pl : Kalo aku lihat Mbak Mita, banyak sekali yang ditindik-tindik ya?
M : Ya, bener.
Pl : Di Lidah, dekat gigi, di kuping, apa gak sakit tuh rasanya Mbak Mita?
O : Lebih baik sakit ini. Di sini daripada sakit hati.=
JK : Oh, pengalaman, pengalaman, pengalaman. (riuh penonton) Ada yang curhat colongan.//
M : Pertama sih sakit, tapi lama kelamaan udah gak. Seikarang udah gak.
Pl : O, gitu ya?
JK : Ada berapa sih, tindikannya?//
Pl : Kalo makan ada yang ngeganjel-ganjel gak rasanya?
M : Gak sih. Gak ngeganjel.=
O : Asal dia jangan makan batu aja, baru ngeganjel.
(penonton tertawa dan bunyi organ)
Pl : Itu Mbak Mita, selain di kuping, di bibir, kira-kira ada gak yang ditindik di tempat tertutup? Kayak di pusar, gitu?
M : Oh, gak ada. Gak ada.
Pl : Gak ada ya?
M :Gak ada cuman ini aja.
JK : Ada berapa?//
Pl : Kalo Dara ada gak?
O : Dara.
D : Aku tindikannya ada dua aja di kuping.
JK : Aku mau nanya //
Pl : Gak kayak Mbak Mita di dekat lidah?
D : Gak, takut.
JK : Ada berapa sih tindikannya?
M : Tindikan aku jumlahnya ada enam.
JK : Wah... (sambil menghitung) satu, dua, tiga = empat.
Pl : Banyak sekali.
JK : Dua lagi mana?
M : Ini ada dua-dua, kiri, kanan, di lidah satu, di sini satu.
JK : Ho...//
Pl : Kalo Olga, Olga berani gak digituin?
(P tepuk tangan dan D tertawa)
O : Aku gak berani.//
JK : Olga nanti// ditindik Bu. Di mata, nyatok bawah.
Pl : Kalau Jeng Kellin? Oh, jadi mau kayak Olga ya?
JK : Takut Bu. Gak berani juga.//
O : Jadi ditindik-tindikin, Bu?//
JK : Jadi matanya kerlip-kerlipan Bu.//
O : Ya, Ibu mau salam-salam, sayang?
Pl : Aku gak mau salam-salam. Aku mau minta lagunya The Virgin aja, boleh?
O : Oh, boleh dong.=
JK : O, boleh.
O : Yang mana, Bu?
Pl : Yang Cinta Terlarang, ya.
O : Cinta Terlarang.=
JK : Cinta Terlarang, baik.
O : Ok, nanti dinyanyiin ya, Bu. Insya Allah ya, Bu.
M : Yang mana lagi, Bu?=
O : Mau yang mana lagi?
M : Belahan Jiwa?
O : Belahan Jiwa, sebujur bangkai /.../
(semua tertawa)
JK : Udah Ibu? Ibu dapat lima ratus ribu!
O : Ibu terima kasih.
JK : Da, Ibu.=
O : Woi, luar biasa ya siang ini. Olga, Jeng Kellin, The Virgin bisa menghibur pemirsa yang ada di rumah. Tema hari ini luar biasa ya temanya.=
JK : Trendsetter.
M : Trendsetter.
O : Betul. Sekali lagi terima kasih banyak buat seluruh pemirsa yang ada di manapun berada. Ya, mohon maaf kalo misalnya ada yang nelepon gak bisa-bisa, besok coba lagi, mudah-mudahan rezekinya ya. Mohon maaf salah-salah kata dan perbuatan. Tolong dimaafkan.
JK : Dada...
O : Wassalamualaikum.
JK : The Virgin!
O : Ya, The Virgin.
M : Ayo, kita nyanyi!
JK : Oh, nyanyi ya!
The Vigin menyanyikan lagu Belahan Jiwa.
*** selesai***
Jumat, 28 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar